Saya suka cerita horror dan romansa.
Si Kucing yang Tiba-Tiba Sadar
Selasa, 3 Desember 2024 09:01 WIB
Hal-hal aneh selalu terjadi di sekeliling kita, contohnya seperti seekor kucing oyen yang tiba-tiba sadar bahwa dia adalah seekor kucing oyen.
Hari itu, satu dari seratus ribu kali kesempatan terjadi kepada seekor makhluk yang selalu kita sapa jika bertemu di jalan. “Meow!” Tetapi tidak ada yang mendengar teriakan kucing itu. Dia terus meraung kesakitan. “Apa yang terjadi?” Dia tiba-tiba berpikir. Sadar akan sekitarnya. “Apa ini?” Peragaannya seperti seorang manusia yang melihat sekujur tubuhnya. “Aku sadar kalau aku kucing!” Tenang saja, teriakannya itu hanya berada di dalam benaknya. Benar, si kucing satu ini berhasil berpikir dengan otaknya.
“Makan apa ya hari ini?” Aktivitas kucing biasanya diisi dengan jalan-jalan, berkelahi dengan sesama kucing, atau mencuri ikan di warung nasi. Pilihan apa yang dipilih oleh teman kita ini? “Aku rasa butuh teman hidup.”, dan benar sekali. Dia langsung berpikir ke arah naluri kejantanannya. “Meow! Meow!” Ada kucing betina yang sedang melakukan panggilan, si kucing oyen langsung berlari ke arahnya. Kucing betina itu terkejut akan tingkah laku seekor kucing yang tidak seperti seekor kucing. Dia mulai memamerkan otot-ototnya seperti binaragawan. Kucing betina itu pun pergi menjauhinya. “Aku tidak akan menyerah cantik!” Sepertinya si oyen terpikat akan bulu putih kucing itu. Dasar laki-laki atau mungkin yang paling tepat, dasar jantan.
Si Oyen dan Si Putih terus berjalan. Si Oyen terus berusaha memamerkan kejantanannya (bukan seperti yang kalian pikirkan ya) dan berusaha mencuri perhatian si Putih yang terus menutup matanya seakan tidak peduli akan usaha yang dikerahkan oleh si Oyen. Kedua kucing itu terus berjalan hingga meninggalkan pemukiman. “Kita di hutan?! Pasti banyak anjing liar!” Si Oyen mulai mengurungkan niatnya untuk merayu kucing betina yang memikat hatinya dan ingin pergi dari hutan. “Meow.”, si Putih mengeluarkan suara kucing yang teramat imut. Mata si Oyen seakan mengeluarkan simbol cinta dan melupakan semua perasaan was-wasnya tadi. Mereka berdua akhirnya tetap terus berjalan menyisiri hutan itu. “Bau asap? Bau darah?” Si Oyen mulai mencium bau-bau tidak sedap. Entah mengapa, si Oyen merasakan khawatir yang luar biasa, walaupun dia seekor kucing. “Meong!” Si Putih meraung menandakan akan temuannya. Si Oyen berlari ke arahnya dan menemukan dinding yang sangat tinggi dan di sampingnya terdapat sebuah mobil yang terbalik.
“Eh?” Si Oyen kebingungan. Dia menyadari bahwa dia hanyalah seekor kucing yang mengikuti nalurinya untuk mendapatkan seekor betina, tetapi mengapa? Mengapa dia merasa pernah ke tempat ini? Dia juga melihat orang ditimpa oleh mobil itu. Si Oyen mendekat perlahan seakan tahu akan sesuatu. “Meow?” Dia melihat si Putih. “Sayang, tidak apa-apa?” Si Oyen teringat akan sesuatu. Dia berusaha mendekati orang yang tertimpa mobil tersebut. “Kalian tidak apa-apa?” Seorang anak terlihat dihimpit oleh dua orang dewasa di atasnya. “Meong! Meong!” Anak itu terbangun melihat dua ekor kucing yang berteriak ke arahnya. “Ada apa kucing lucu? Nanti ayah dan mama bangun.”, ujaran anak itu membuat si Oyen semakin bertekad mengeluarkannya dari situ. Si Putih berlari menjauh. Si Oyen tetap di mobil tersebut walaupun api sudah mulai menyebar. Dia berusaha menarik lengan baju anak itu tetapi tidak berhasil. “Sial!” Dia terus menariknya hingga bulu-bulu si Oyen ikut terbakar. “Meong!” Si Oyen terkejut akan raungan yang pernah dia dengar. “Meong!” Raungan itu berasal dari atas dinding. “Ya ampun! Ada kecelakaan, cepat yah hubungi polisi!” Si Oyen melihat si Putih membawa manusia. “Astaga, ada anak kecil!” Seorang lelaki paruh baya membantu si Oyen menarik anak itu keluar dari timpaan mobil itu.
“Malang sekali, sepertinya kedua orang tua anak itu sudah tidak bernyawa.”, ujar lelaki paruh baya yang tadi. Anehnya, si Oyen mengerti akan perkataan lelaki itu. Dia juga sadar bahwa perannya sudah selesai. Peran apa kau tanya? “Sayang, syukurlah anak kita selamat. Ayo. Tugas kita sudah selesai.”, ujar seorang perempuan dengan wajah samar-samar, mengulurkan tangannya. Si Oyen membalasnya dengan tangan imutnya. “Sudahlah ayah, si Bunga pasti bisa yah.”, si Oyen akhirnya melepaskan semuanya. Tangannya berubah menjadi tangan manusia. “Kau benar, aku harus berhenti memanjakannya ya?” Si Oyen atau bisa kita sebut sekarang, si pria akhirnya ikut dengan wanita itu berjalan ke dalam hutan, namun sebelum itu mereka berdua mengusap kepala dua kucing tersebut, si Oyen dan si Putih. “Terima kasih ya.”, ujar si lelaki dan si wanita. “Meow?” Si Oyen sekarang hanyalah sebatas kucing oyen. “Meow.”, dan sudah mendapatkan pasangan hidupnya, si Putih yang tadi. Mereka lalu melihat dua gemerlap tangan yang baru saja mengusap mereka, menuju ke langit atas yang biru.

Penulis Indonesiana.
1 Pengikut

Jendela dan Anjing
Senin, 8 September 2025 10:39 WIB
Seorang Pendosa yang Tidak Ingin Shalat
Rabu, 3 September 2025 09:10 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler